PLS




Udara dingin daerah pegunungan yang menyelimuti desa menjelang senja, tidak menghalangi puluhan warga belajar Desa Cacaban Kidul Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo Jateng untuk berangkat ke balai desa menerima pembelajaran membaca dan menulis paket Keaksaraan Fungsional (KF).
Warga belajar yang sebagian besar kaum perempuan itu datang ke Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Tunas Muda dengan saling menyambangi rumah warga belajar untuk berjalan bersama-sama menuju balai desa.
Model saling menjemput antar warga belajar itu sengaja dilakukan untuk menumbuhkan semangat belajar antar anggota, disamping alasan lain, yakni alasan keamanan karena kegiatan belajar mengajar umumnya dilakukan pada malam hari setelah kegiatan rutin rumah tangga selesai.
"Warga belajar di tempat kami sebagian besar adalah ibu-ibu rumah tangga. Bila pagi mereka mengurus rumah dan membantu pekerjaan di ladang sehingga waktu luang hanya tersedia setelah shalat magrib," ujar Ketua PKBM Tunas Muda, Muhlasin.
Desa Cacaban Kidul yang berada di kaki bukit Menoreh belum seluruhnya terjangkau aliran listrik dengan kondisi jalan terjal berbukit-bukit dikelilingi hutan pinus.
Dahulu, ungkap Muhlasin mayoritas warga belajar di sejumlah desa di Kecamatan Bener belum mengenal baca tulis terutama kaum perempuan dan ibu-ibunya.
Perangkat desa sudah melakukan pendekatan kepada warga buta aksara untuk mendapatkan pembelajaran membaca dan menulis, namun kelompok belajar Keaksaraan Fungsional itu berdiri sendiri-sendiri sehingga untuk alasan efisiensi dan memudahkan koordinasi dibentuk PKBM di Desa Cacaban Kidul untuk memaksimalkan program pemberantasan buta aksara.
Model pembelajaran yang meliputi diskusi, membaca, menulis, berhitung yang diberikan oleh para tutor di PKBM Tunas Muda seluruhnya menggunakan bahasa pengantar bahasa ibu yakni, bahasa Jawa.
"Pembelajaran dengan menggunakan bahasa ibu, yakni bahasa Jawa sangat membantu bagi warga belajar untuk menyesuaikan diri saat mengawali pembelajaran, sebab warga belajar yang mengikuti kelas baru biasanya tidak percaya diri karena menilai belajar baca tulis itu sulit dan menakutkan," katanya.
Tuti (32), ibu tiga anak yang menjadi warga belajar baru paket A Keaksaraan Fungsional terlihat malu-malu saat diminta tutor KF membaca bilangan satu hingga 10 di papan tulis yang ditulis dalam bentuk huruf "si-ji, lo-ro, te-lu", dan seterusnya.
Namun berkat dukungan teman-teman lainnya, Tuti memberanikan diri untuk membaca bilangan satu hingga 10 dengan lancar baik dalam bahasa Jawa maupun bahasa Indonesia sehingga mengundang tepuk tangan warga belajar lainnya yang merasa gembira dengan keberhasilan temannya.
Dengan logat Jawa yang kental kemudian Tuti memberanikan dengan menjawab pertanyaan tutor dalam bahasa Indonesia seputar pengalamannya mengikuti kegiatan di PKBM tersebut.
Penyelenggaraan kegiatan belajar keaksaraan fungsional di PKBM tersebut dilaksanakan dengan memerhatikan konteks lokal, yakni pembelajaran berdasarkan minat, kebutuhan, pengalamanan dan permasalahan lokal.
Selanjutnya untuk merangsang semangat belajar, pengelola PKBM memberikan tambahan ketrampilan, seperti kerajinan tangan, kesenian dengan memanfaatkan potensi lokal.
Beberapa kegiatan ketrampilan yang telah memberikan penghasilan bagi warga belajar antara lain, kerajinan rotan tudung saji, keranjang, kotak tisu, hingga mebel, mainan yang melibatkan partisi dari bambu. Selain itu, kelompok kesenian tari dan wayang orang yang seluruhnya bertumpu pada budaya lokal.
"Pembelajaran memang bertumpu pada konteks lokal baik dalam penggunaan bahasa pengantar, contoh permasalahan seluruhnya yang terjadi dalam keseharian warga belajar, misalnya persoalan kesulitan mendapat air, mahalnya harga minyak tanah dan sebagainya," katanya.
Model pendekatan bahasa ibu dalam pembelajaran diakui Muhlasin sangat efektif dalam mempercepat pemahaman dan kemampuan warga belajar dalam menulis kalimat sederhana, membaca dan menghitung.
Sebagai contoh, saat memecahkan soal hitungan tutor menggunakan soal cerita yang akrab dengan kehidupan sehari-hari dengan pengantar bahasa Jawa seperti : ibu membeli telur lima butir, pecah satu sehingga sisanya berapa. Di papan tulis tutor akan meminta warga belajar menulis dalam bentuk bilangan dan huruf-nya.
"Pemahaman pengelola PKBM dan para tutor tentang karakteristik warga belajar sangat membantu mempercepat pembelajaran buta aksara yang kini jumlahnya masih relatif tinggi, utamanya di pedesaan. Sebagian besar masyarakat pedesaan hanya mengenal bahasa ibu dan tidak mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar," katanya.
Karena itu, pemberantas buta aksara menjadi tidak efektif bila awal pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa ibu bisa menjadi jembatan sebelum warga belajar memahami baca, tulis dan berhitung dalam bahasa Indonesia, katanya.
Pelestarian Melalui Budaya
Pentingnya pelestarian bahasa-bahasa dunia dalam komunikasi sehari-hari menjadi perhatian badan dunia bidang pendidikan, sains dan kebudayaan, UNESCO.
Pasalnya, dari jumlah 6.000 bahasa yang ada di dunia, sebanyak 50 persen diantaranya akan musnah.
Menurut Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Prof Arief Rahman, perayaan Hari Bahasa Ibu Sedunia yang diselenggarakan pada setiap tanggal 21 Februari, dan sudah berlangsung sejak tahun 1991 berdasarkan persetujuan Sidang Umum UNESCO, diharapkan dapat dirayakan setiap tahun.
Tujuan dari perayaan Hari Bahasa Ibu sedunia adalah untuk mempromosikan pentingnya keragaman bahasa dunia. Selain itu perayaan ini juga diharapkan dapat memobilisasi individu, organisasi dan pemerintah untuk berbuat sesuatu dalam rangka melestarikan bahasa-bahasa dunia.
Langkah yang perlu dilakukan adalah merevitalisasi bahasa daerah dengan budaya yang ada pada daerah setempat dan menjadikan bahasa ibu sebagai bahasa fungsional dalam pergaulan sehari-hari di lingkungan rumah, di pasar, di rumah sakit dan di kantor-kantor.
Selain itu, melestarikan bahasa ibu dapat dilakukan dengan membudayakan lagi kesenian dan budaya lokal seperti berbalas pantun di daerah Sumatera, Macapatan daerah Jawa Tengah, Sinden daerah Jawa Barat dan sebagainya.
Berkurangnya bahasa ibu, antara lain sudah tidak ada penuturnya karena telah meninggal tanpa sempat menurunkan kemampuan bahasa tersebut kepada generasi berikut, ujarnya.
Arief mengungkapkan, UNESCO sangat prihatin dengan ancaman kepunahan bahasa-bahasa ibu di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia, terjadi penurunan jumlah bahasa ibu, seperti di Papua dari 273 bahasa menjadi 271 bahasa, di Sumatera dari 52 bahasa kini 49 bahasa, dan di Sulawesi dari 116 bahasa turun menjadi 114 bahasa.
"Jika bahasa ibu punah maka punah pula budayanya. Hal yang lebih memprihatinkan, adalah kemampuan bertutur dalam bahasa ibu yang punah akan mempengaruhi kemampuan membaca dan berbicara. Ketika bahasa ibu sudah tidak digunakan maka ancaman baru dihadapi masyarakat, yakni dalam waktu cepat atau lambat mereka akan kembali menjadi buta aksara," tuturnya.
Ia menilai program pemberntasan buta aksara di Indonesia menunjukkan hasil yang menggembirakan terbukti dengan terus berkurangnya angka buta aksara di propinsi-propinsi dengan kantong buta aksara tinggi.
"Kondisi penurunan angka buta aksara di Indonesia salah satunya sangat didukung oleh penggunaan bahasa ibu dalam pengantar pembelajaran program keaksaraan fungsional. Namun keberhasilan baca tulis tidak akan bertahan lama bila tidak didukung keberlanjutan melalui pendirian taman bacaan masyarakat untuk menjaga keberaksaraan masyarakat", tambahnya.
Bahasa daerah dan bahasa Indonesia yang kini telah menjadi bahasa ibu hendaknya ditradisikan secara seimbang dalam lingkungan keluarga.
Pembekalan dua bahasa (bilingual) atau lebih (multilingual) terhadap anak sejak dini usia, merupakan langkah strategis untuk membentuk pribadi yang toleran dan santun, di samping menyelamatkan bahasa daerah dari ancaman kepunahan.
Indonesia tercatat sebagai negara kedua yang paling banyak memiliki bahasa ibu setelah Papua Niugini. Secara total, jumlah bahasa ibu di Indonesia ada 706, sedangkan di Papua Niugini ada 867. Hampir separuh dari bahasa yang ada di Indonesia tersebar di wilayah Papua

http://www.borneotribune.com/pandora/peran-bahasa-ibu-memberantas-buta-aksara.html


Hidup Berbuat Manfaat dan Berbagi untuk Indonesia



 sumber : youtube