Senin, 18 Juni 2012

Kreativitas

Mengasah Kreativitas Anak Dengan Media Flanel: Anak Senang Kitapun Senang



Anak adalah gudangnya kreativitas. Sehingga kita tidak pernah heran dengan tanpa batas anak selalu ingin tahu dan belajar hal-hal baru. Sebagai orang tua kita hendaknya cerdas menyikapinya sehingga bisa mengoptimalkan bakat terpendam mereka untuk diarahkan menjadi kegiatan positif yang bermanfaat. Ada banyak hal-hal yang bisa kita lakukan ketika mendampingi anak berproses menjadi pribadi yang kreatif dan percaya diri dengan maksimal. Sekedar memberi support dengan kata-kata saja tidak cukup. Kadang kita sebagai orang tua atau yang dituakan memang harus terjun langsung membantu sebisa mungkin dan kalau memang kegiatan itu adalah keahlian kita apa salahnya memberi contoh dan megarahkannya.
Seperti hari itu, sepulang mengajar, ketika senja menyelimuti mendung langit Malang raya, dengan tergesa ku masuki kamar yang temaram karena lampunya masih padam. Belum dinyalakan. Saat menarik gagang pintu dan membuka daunnya lebar-lebar aku sempat histeris demi melihat sosok perempuan yang ngejogrog manis dipinggiran tempat tidurku. Sempat kusaksikan sosok itu bangun dan menekan tombolon ditembok kamar. Lalu BYAAR lampupun menyala dan dengan jelas aku bisa melihat suasana kapal pecah dan senyum meringis disana. “Astojim Ansus! Kirain hantu ih.. Ngagetin Ummah saja!” seruku reflek melolong kayak macan ompong. Ansus, anakku yang gendut dan nggemesin itupun terpingkal demi melihatUmmah-nya bersu’udzon ria mengira ada Lady Gaga eh Kuntilanak nylonong masuk kamar. Hihihi kejem banget ih. “Tumben-tumbennya nih anak stand by dikamarummahnya, hmmm pasti mau nagih janji ini” pikirku. Benar saja, dia sengaja menemuiummahnya merajuk minta dibantu menyelesaikan PR tugas karya seninya disekolah. “Membuat kotak hias dari kain flanel ummah…” Ujarnya. Spontan aku teringat dengan hobiku dulu. Yup, pasti ini anak tidak lupa kalau Ummah-nya itu emang paling gape bikin pernak-pernik dari flanel. Wuduuuw lagi gak sombong apa gak waras ini hehe.
Ops, Ansus atau Ani Susanti Indahwati Mangkujandalima (Eh oh..suku kata yang terakhir hoax ding..) yang sebenarnya bukan anak biologisku, secara aku kan masihsingle geto lhoo (Heuheu sekalian promosi nih yiee) adalah seorang gadis beranjak A Be Ge yang selalu ceria dan suka sekali mengambil hati ummahnya (Alhamdulillah banget ya cuma hati yang diambil coba kalu Uang kan bisa tewur bin kacoow.. wkkwk). Well, dia memanggilku ummah mungkin karena selama ini merindukan sosok Ibu yang sudah genap sembilan tahun meninggalkannya. Kini di usianya yang ke 12, Ansus masih duduk di kelas VI MI swasta. Nah sejak setahun ini dia tinggal di Pesantren dimana tempat aku menimba ilmu. Secara otomatis dia menjadi akrab dengan mbak-mbak seniornya termasuk aku, yang kebanyakan adalah mahasiswa S1 dan S2 di PTN/PTS kota Malang. Tapi entah kenapa dari puluh berpuluh mbak-mbaknya itu lha kok cuma aku makhluk satu-satunya yang dapat predikat ummah alias mamah dari si Ansus. Ckckckk tampangku ini menjual banget jadi emak-emak kali ya.. udah mirip mpok-mpok gitu hehe. Eits tunggu..kaca… kaca.. mana kaca.. mau ngaca dulu…pasti itu fitnah hehehe. Lebay ah.
Nah kembali ke urusan flanel nih. Akhirnya ba’da Isya sepulang Ansus ngaji diniyah, kembali dia mendatangiku menagih janji menyelesaikan tugas prakaryanya. Segera ku tutup buku bacaanku ketika dia sudah nongol diambang pintu. Di tentengnya beberapa lembar flanel, gunting, lem dan tempat bros warna merah yang sudah disulam pinggirannya. “Lho kamu sudah bikin gitu lho An” ujarku demi melihat tempat bros merah berbentuk segitiga ditangannya. “Eh iya mah, tadi sepulang sekolah seharian Ansus nyoba bikin yang kek ummah bikin dulu, tapi hasilnya masih kurang rapi hihihi” timpalnya sambil nyengir kuda, sumpah mirip kuda beneran tuh anak kalau udah nyengir ckckkckck. “Apa kebanyakan makan rumput kali yah” hahaha… ngeres banget ah otakku. “Yawdah gak apa-apa sayang, kan tinggal diterusin aja.. kita kasih hiasan aja diatasnya biar nutupin jahitannya” saranku. Eh dianya ho’oh ho’oh aja.
Oke deh, mari kita mulai peperangannya, berperang membuat tempat bros maksudnya hehe. Sementara aku memotong lembaran flanel kuning untuk dijadikan hiasan mawar. Maka kusuruh Ansus mengambilkan bekas karung brambang (bawang merah) di dapur lantai bawah. “Huwiiii buat apa ummah.. Masak pake karungbrambang segala atuh bisa kacooow bin tewur taaa” cerocosnya disela aktifitasnya menempelkan manik-manik putih gading di tempat brosnya. “Sudah ah.. pokoknya ambil sanah, ummah mau nunjukin gimana benda bekas yang gak berguna nanti bisa disulap jadi weuw ach weuw” Sambil melotot ku jawab sekenanya. Hehe benar saja, kalau sudah melihat ummahnya melotot cantik macam Katy Perry pasti dia langsung ambil langkah gopek ngacir ketakutan. Hihi rasain.com.
10 menit kemudian Ansus sudah kembali dengan membawa kantongbrambang warna oranye terang. Mencolok mata boo. “Trimakasih ya cinta..” seruku sambil menyambar tuh karung. Lalu buru-buru aku tunjukin ke dia bagaimana membuat hiasan dengan bekas tempat brambang tersebut. Dia mengamatinya dengan baik sambil sesekali membantu memegangi agar mudah kupotong. “Nah jadi nanti ini dibuat pita begini nih An.. “ kali ini dia mulai ngeh lalu tersenyum senang. “Oppss biar Ansus yang meneruskan ya mah..” serunya.
Begitulah, tanpa terasa satu jam berlalu, beberapa bunga flanel diantaranya tulip dan mawar sudah selesai kami buat. Ansus mudah menangkap arahan Ummahnya. Dia begitu antusias mengikuti apa-apa yang diajarkan. Bahkan saat merekatkan hiasan bunga-bunga dengan menggunakan lem tembakpun dia bersikeras melakukannya sendiri tanpa bantuanku. Dan WOW setelah jadi, ternyata tidak jelek-jelek amat. “Ummah minjem hapenya yah mau Ansus foto dulu hihi” dan klik klik tanpa persetujuanku Ansus sudah mulai pasang aksi dengan kamera hand phone jadulku. “Terimakasih ya Ummahku sayaang” Jerit Ansus sambil cengengesan, wajahnya sumringah sekali kayak lagi Lebaran aja tuh anak.
Dan esoknya saat aku lagi asyik menyeruput kopi pahit sambil menatap layarVaio. Sayup-sayup terdengar suara Ansus dari koridor dengan gedebuk langkah kakinya yang makin mendekat “Um…..Ummah prakaryaku dapat nilai tertinggi lho” Jeritnya memenuhi seantero pesantren raya ckckckkck. “Oh ya emang dapat berapa? Selamat yah” jawabku sambil mataku terus terpaku pada layar dan baru menoleh setelah dia menjawil pipiku. “Sembilan puluh lima geto.. cuit cuit…. “ Tangannya diacungkan ke atas laiknya artis yang lagi menyapa penggemar. Idiih sumpah lebay banget nih anak. “Eh berarti aku Cuma dapat 40 ya mah, yang 45-nya nilainya Ummah, kan sudah mbantu Ansus” cerocosnya. Aku hanya tersipu demi mendengar sentilannya lalu menjelaskan kalau itu murni hasis prakaryanya. Toh, aku sekedar mengarahkannya. Apalagi dari awal Ansus sendiri yang mendesain. Bahkan dia sendiri yang memotong, membentuk dan melekatkan kardus bekas itu menjadi bentuk mungil segi tiga dengan jarum dan benang sulam. Tidak sungkan ku puji dia bahwa dia memang bakat mebuatnya dan layak mendapatkan penghargaan dengan nilai mendekati sempurna. “Empat jempol lah buat anak Ummah mah” Ujarku serius menatap matanya. Diapun tersenyum manis sekali demi mendengar pujianku. Jreeeeeeeng!!!! Ini nih hasilnya.. Noh ada bungkus brambangnya nemplok dengan manisnya… deuuuuuuuu… ^0^
13382766701430951886
1338276902474957412
Begitulah sekilas drama antara aku dan anakku Ansus, tepatnya anak didikku.Sebenarnya ini bukan kali pertama buatku sebagai seseorang yang di tuakan oleh sosok anak bernama Ansus mendukung dan menyokong bakat yang dia punya demi mengasah kreativitasnya. Sesekali pernah ia harus membuat prakarya dari sedotan,pita kado, kertas minyak atau lukisan dari bebijian. Memang terkadang anak merasa rendah diri dan tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas sekolah yang di mata mereka cukup menguras tenaga, kreativitas dan pikiran. Atau ketika  dia harus mengikuti lomba pidato, qiro’ah maupun olimpiade. Dalam situasi seperti ini maka kita sebagai orang tua harus pintar-pintar memotivasinya dan tidak sungkan-sungkan mengarahkan. Sehingga hal yang semula dianggap momok seketika bisa menjadi candu positif yang bermanfaat bagi anak.
Bagi seorang Ibu rumah tangga yang mendedikasikan waktunya dirumah, pasti tidak merasa kesulitan untuk menerapkannya. Lalu bagaimana dengan wanita-wanita yang super sibuk dengan urusan karier? Ah, menjawab pertanyaan ini satu halamanpun belum tentu cukup untuk dijelaskan (hehe sotoy euy). Yang jelas ada banyak jalan menuju Roma. Begitupun dalam hal mendidik dan mendampingi anak dalam ber-metamorphosis. Tentunya ada banyak celah untuk menyiasatinya, walau sesibuk apapun aktivitas kita sebagai orang tua. Luangkanlah waktu untuk mereka. Karena kesempatan mengejar karier, mengejar kesuksesan di dunia kerja mungkin bisa datang satu atau dua kali. Tapi tidak dengan kesempatan kita mengawal anak tumbuh dewasa dengan pernak-perniknya. Itu hanya SATU kali saja, TIDAK lebih! Well, Salam persahabatan, Salam Kompasiana!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar